
YOGYAKARTA– TKIT Salsabila Al-Muthiin merupakan satu-satunya sekolah TK penggerak Penerapan Kurikulum Merdeka, yang ada di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tahun ajaran 2022/2023.
Diungkapkan oleh Nur Varidatul Hasanah, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah TKIT Salsabila Al-Muthiin menyampaikan bahwa, dengan adanya kebijakan baru ini, tentunya akan ada beberapa perubahan pada struktur kurikulumnya, seperti pada Kurikulum Merdeka mengacu pada capaian pembelajaran yang terdiri dari tiga elemen yaitu: Nilai agama dan budi pekerti, jati diri, dasar-dasar literasi, sains, teknologi,rekayasa, seni dan matematika. Dengan demikian, maka acuan pembelajaran dan asesmen harus mengacu pada capaian tiga tersebut.
Yang mana, kita bentuk pembelajaran “intrakurikuler” yang pada intinya adalah bagimana seorang guru dapat menciptakan bermain bermakna bagi anak sebagai perwujudan “merdeka belajar, merdeka bermain” sehingga kegiatan yang dipilih juga harus memberikan pengalaman yang menyenangkan, paparnya.

Untuk pembelajaran sendiri kita buat “children Center” bahwa pembelajaran fokus pada pengembangan kompetensi dengan memperhatikan karakteristik anak, minat maupun gaya belajarnya. Guru tidak bisa lagi memaksakan anak untuk memberikan materi atau lembar kerja melainkan memberikan stimulasi untuk anak berpikir kreatif dan inovatif, paparnya. Misalkan, “memberikan sebuah benda lalu anak diminta untuk mendeskripsikan benda tersebut”, ungkap Bu Nur sapaannya.

Selanjutnya kita buat Pembelajaran berbasis pengalaman langsung, yaitu dengan menggunakan sumber belajar yang dekat dengan lingkungan anak, seperti pembelajaran diluar lingkungan sekolah, mengenalkan keanekaragaman potensi alam yang ada dilingkungan sekitar. Dengan hal ini anak akan akrab dengan lingkungannya dan pembelajaran akan semakin menarik, karena mereka dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajarnya, pungkasnya.

Tentu saja disini guru sebagai fasilitator dengan memfasilitasi atau mewadahi segala bentuk aktifitas anak. Guru memberikan kebebasan/ kesempatan anak untuk memilih sendiri aktifitas bermainnya, tentu tidak lepas dari tanggung jawab seorang guru untuk selalu mengawasi,mengamati, mencatat dan mendokumentasikan kegiatan anak sebagai bentuk penilaian otentik, paparnya.
Tentu saja, dalam perwujudan Kurikulum Merdeka adanya Projeck Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yaitu dengan mewujudkan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

Keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila harus dipahami sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi, yang memperlihatkan keterkaitan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya akan melahirkan kemampuan yang lebih spesifik, konkret, dan menunjukkan bahwa Profil Pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia itu sendiri, paparnya.
Untuk itu kami sebagai sekolah penggerak, semaksimal mungkin untuk mengimplementasikan dan sebagai percontohan yang memberikan dampak atau mengimbaskan ke guru-guru sekolah lain agar sekolah lain juga menyusul sebagai sekolah penggerak, paparnya.(muthiinnews.com)